Went To Maros : Part 1

Rabu, 10 Oktober 2012





Di depan kamar mandi, di sebuah baskom berwarna hijau tua, nampak tumpukkan pakaianku yang telah selesai kucuci beberapa menit sebelumnya. Di samping baskom, aku berdiri sambil mengusap sedikit peluh di sekitar wajahku yang menampakkan ekspresi keletihan setelah berkutat dengan pakaian-pakaianku. Hari ini aku terlihat lebih semangat dari hari-hari sebelumnya, jadwal mencuci mengalami perubahan_lebih awal dari biasanya. Ada sesuatu yang berbeda hari ini. Ya, of course

Selang beberapa menit, sayup-sayup nada dering handphone terdengar dari dalam kamarku. Tak salah lagi, itu nada dering pesanku…

“datte anata itta janai..namidagoe utsumuita mama..uso mo tsukenakunattara..ikite yukenakunaruyo to….”

Lagu YUI semakin jelas terdengar dari dalam kamarku, menandakan bahwa ada pesan/sms yang masuk di handphoneku. Aku langsung ke kamarku mengecek sms tersebut.

“1 Message Received, Pbi Ammank”

Kubuka pesannya…

“Sorry Bro, aku kayaknya’ nggak’ bisa ikut ke Bantimurung. Aku lagi ‘nggak’ enak badan…” (bahasa sms telah dirubah ke dalam bahasa Indonesia).

Air mukaku yang sejak tadinya cerah, perlahan-lahan berubah menjadi redup, menyadari bahwa ini benar-benar little bad news today.

“OMG, berarti aku juga nggak bisa ke Bantimurung…”

Setahuku, Ammank merupakan satu-satunya tumpanganku ke Maros dan Bantimurung, so jika Ammank tidak bisa ikut, maka aku pun harus membatalkan keinginanku untuk pergi ke Bantimurung. Plan yang sejak kemarin telah terpatri rapi dalam pikiran hingga memaksaku mencuci pakaian lebih awal hari ini, kini harus batal.

“Biarlah, lagipula hari ini badanku agak sedikit tidak fit. Aku terserang flu. Setidaknya aku bisa beristirahat hari ini, menjaga kondisiku hingga kembali membaik.” Imbuhku dalam hati.

Dengan langkah yang terlihat seperti bermalas-malasan dan sedikit gontai, aku segera keluar kamar untuk menjemur pakaianku, kemudian bergegas mandi. Sehabis mandi aku hanya berdiam diri di kamar, memikirkan apa yang harus dilakukan hari ini setelah tertundanya big plan-ku.

“Abdi… Abdi…” 

Seseorang memanggilku dari kamar sebelah, kamar milik temanku, Idul dan Tadir. Suara yang tak asing lagi di telingaku, namun suara itu bukan suara Idul maupun Tadir. Jelaslah, suara itu milik Wansah, ‘Ariel Peterpan Gadungan’ di kelasku. Begitulah julukan teman-teman kelas padanya. Ia juga menjuluki dirinya ‘Chengenk Ozil Madridista’.

“Iyaa… Kenapa?” Aku menjawab pelan.

Nggak ikut ke Bantimurung? Tadi aku udah sms-an sama Ammank, katanya Ia jadi ikut..”

Lho, katanya tadi Ia sakit…?$@?”

“ Ia lagi on the way kesini.” Lanjut Wansah.

Akhirnya plan hari ini tidak batal. Perasaan murung yang tadinya menggelutiku kini telah sirna. Hari ini kembali terasa begitu menyenangkan. Kondisiku serasa berubah menjadi benar-benar prima. Sesaat kemudian dari depan kost terdengar bunyi motorcycle  yang menderu-deru, Ammank akhirnya menampakkan batang hidungnya. Jika meminjam salah judul acara televisi, maka akan ku katakan “Akhirnya Datang Juga”. The dream really comes true. Kita akan berangkat!

Seperti kesepakatan kami sebelumnya bahwa kami semua akan berkumpul di Kampus 1 UIN Alauddin pada pukul 10.00, kemudian berangkat bersama ke Maros. Setelah semuanya udah siap, aku, Ammank, Ozil dan Idul beranjak meninggalkan kos, menuju kampus 1.

Nampak gerbang kampus 1 UIN Alauddin begitu ramai, terutama di pelataran gedung “Training Centre”.....bersambung

0 komentar:

Posting Komentar