Di
depan kamar mandi, di sebuah baskom berwarna hijau tua, nampak tumpukkan
pakaianku yang telah selesai kucuci beberapa menit sebelumnya. Di samping
baskom, aku berdiri sambil mengusap sedikit peluh di sekitar wajahku yang
menampakkan ekspresi keletihan setelah berkutat dengan pakaian-pakaianku. Hari
ini aku terlihat lebih semangat dari hari-hari sebelumnya, jadwal mencuci
mengalami perubahan_lebih awal dari biasanya. Ada sesuatu yang berbeda hari
ini. Ya, of course.
Selang
beberapa menit, sayup-sayup nada dering handphone terdengar dari dalam kamarku.
Tak salah lagi, itu nada dering pesanku…
“datte anata itta janai..namidagoe utsumuita mama..uso mo
tsukenakunattara..ikite yukenakunaruyo to….”
Lagu
YUI semakin jelas terdengar dari dalam kamarku, menandakan bahwa ada pesan/sms yang
masuk di handphoneku. Aku langsung ke kamarku mengecek sms tersebut.
“1
Message Received, Pbi Ammank”
Kubuka
pesannya…
“Sorry Bro, aku kayaknya’ nggak’ bisa ikut ke Bantimurung. Aku
lagi ‘nggak’ enak badan…” (bahasa sms telah dirubah ke dalam
bahasa Indonesia).
Air
mukaku yang sejak tadinya cerah, perlahan-lahan berubah menjadi redup,
menyadari bahwa ini benar-benar little
bad news today.
“OMG,
berarti aku juga nggak bisa ke
Bantimurung…”
Setahuku,
Ammank merupakan satu-satunya tumpanganku ke Maros dan Bantimurung, so jika Ammank tidak bisa ikut, maka aku
pun harus membatalkan keinginanku untuk pergi ke Bantimurung. Plan yang sejak kemarin telah terpatri
rapi dalam pikiran hingga memaksaku mencuci pakaian lebih awal hari ini, kini
harus batal.
“Biarlah,
lagipula hari ini badanku agak sedikit tidak fit. Aku terserang flu. Setidaknya aku bisa beristirahat hari ini,
menjaga kondisiku hingga kembali membaik.” Imbuhku dalam hati.
Dengan
langkah yang terlihat seperti bermalas-malasan dan sedikit gontai, aku segera
keluar kamar untuk menjemur pakaianku, kemudian bergegas mandi. Sehabis mandi
aku hanya berdiam diri di kamar, memikirkan apa yang harus dilakukan hari ini
setelah tertundanya big plan-ku.
“Abdi…
Abdi…”
Seseorang
memanggilku dari kamar sebelah, kamar milik temanku, Idul dan Tadir. Suara yang
tak asing lagi di telingaku, namun suara itu bukan suara Idul maupun Tadir.
Jelaslah, suara itu milik Wansah, ‘Ariel Peterpan Gadungan’ di kelasku.
Begitulah julukan teman-teman kelas padanya. Ia juga menjuluki dirinya
‘Chengenk Ozil Madridista’.
“Iyaa…
Kenapa?” Aku menjawab pelan.
“Nggak ikut ke Bantimurung? Tadi aku udah sms-an sama Ammank, katanya Ia jadi
ikut..”
“Lho, katanya tadi Ia sakit…?$@?”
“
Ia lagi on the way kesini.” Lanjut
Wansah.
Akhirnya
plan hari ini tidak batal. Perasaan
murung yang tadinya menggelutiku kini telah sirna. Hari ini kembali terasa
begitu menyenangkan. Kondisiku serasa berubah menjadi benar-benar prima. Sesaat
kemudian dari depan kost terdengar bunyi motorcycle
yang menderu-deru, Ammank akhirnya
menampakkan batang hidungnya. Jika
meminjam salah judul acara televisi, maka akan ku katakan “Akhirnya Datang
Juga”. The dream really comes true. Kita
akan berangkat!
Seperti
kesepakatan kami sebelumnya bahwa kami semua akan berkumpul di Kampus 1 UIN
Alauddin pada pukul 10.00, kemudian berangkat bersama ke Maros. Setelah
semuanya udah siap, aku, Ammank, Ozil
dan Idul beranjak meninggalkan kos, menuju kampus 1.
0 komentar:
Posting Komentar