Jumat malam, pelataran kostku, Tabaria.
Tuk…tuk…tuk…
Pintu
diketok.
“Abdi,…Abdi…”
Terdengar
suara seseorang dari luar memanggil namaku. Suara itu begitu pelan, agak
samar-samar. Aku tahu dan kenal suara itu, siapa lagi kalo bukan Adelia, si penyanyi yang selalu manggung di kamarku
hingga larut malam, yang membanggakan dirinya bahwa ia punya suara setinggi
awan. Sampai-sampai pendengarnya membludak hingga ke kamar tetangga.
Betul-betul gigantic.
Adelia
juga suka menjuri kami dan teman-teman ketika bernyanyi. “Suara kamu kok keluarnya lewat hidung, nggak bagus. Kamu merusak
nada saja…”. OMG, temanku sampai berulang kali bernyanyi untuk memperbaiki
suaranya. Itu adalah salah satu kasus dari penjuriannya. Ia kadang-kadang
mengatakan bahwa ia sepatutnya disejajarkan dengan penyanyi-penyanyi papan atas
seperti Once dan Sandi Sandoro. What???
Are you nuts?
Oh no. Kenapa Adelia yang menjadi
topikku kali ini. No way. Bakalan memakan waktu tujuh hari tujuh
malam jika kita ngomongin tentang Adelia secara keseluruhan. Let’s move then.
Adelia
kembali mengetuk pintuku.
“Abdi,
kamu belum tidur?”
“Masuk…”
Jawabku pelan.
Kalo dilihat jawabanku, nyambung bangat ya. Hahaha. Tapi
begitulah, dewasa ini bahasa semakin berkembang, register-register ataupun
variasi bahasa juga banyak. Jika kita berpijak pada inti komunikasi maka
tidaklah salah bahasa model apapun yang anda gunakan, yang penting si pendengar
mengerti apa yang anda bicarakan. Bahasa kan
arbitrer…, terserah kau ingin membuat bahasa model apapun.
Adelia
membuka pintu dan masuk. Ia menyimpan tasnya begitu saja dengan gaya seperti
orang yang kelelahan setelah kerja nonstop 24 jam.
“Kamu
dari mana?”
“Dari
rumahnya siswaku, di Antang” Jawabnya lirih.
“Eh,
Idul kemana ya? Di rumah sebelah?” Adelia balik bertanya.
“Mmm…mungkin,
karena tadi aku lihat dia keluar, tapi gak
tau kemana.”
“OK then, aku mau ke sebelah dulu.”
Aku
cuma mengangguk dengan pandangan masih tertuju pada layar laptop. Aku sejak
tadi menonton film di laptopku untuk membuang kegundahan dan keletihan.
Kedatangan Adelia sebenarnya bisa dikatakan mengganggu ketenanganku. Tapi
begitulah__sudah menjadi kebiasaan bagiku diganggu oleh Adelia yang biasanya
datang tengah malam dan biasanya untuk tujuan konser di kamarku.
Adelia
akhirnya meninggalkan kamar kostku menuju ke tetangga sebelah. Aku tidak tahu
apa yang akan dibuatnya disana. Mungkin ia akan konser atau berceramah, atau
bisa saja berpidato disana. Adelia bisa saja kujuluki “Macan Podium Kedua”
setelah almarhum bapak angkatku. Karena jika ia telah “bercakap”, maka
hati-hatilah, retorika bermadu dan beracunnya akan keluar.
Aku
yang sejak tadi sibuk nonton film sebenarnya tidak begitu perduli dengan
kedatangan Adelia kali ini. Aku sedang fokus menonton film. Itu alasannya. Dan
kini, setelah keluarnya Adelia, aku bisa kembali lagi menonton filmku, film
yang terkesan begitu lucu dan kadang-kadang membuat aku terkekeh-kekeh sendiri
di kamarku.
Kurang
lebih satu jam berlangsung, filmku end.
Setelah mematikan laptop, aku mengambil bantal dan berbaring-baring sebentar
sekedar untuk rehat sejenak. Belum beberapa menit berjalan, sayup-sayup
kudengar namaku disebut seperti sebelumya, dengan suara yang sama.
“Abdi…Abdi…”
“Ia,
masuk.”
Adelia
menampakkan diri di depan pintu. Ternyata jadwal berpidatonya di rumah tetangga
telah selesai. Kini Adelia kembali ke kamarku untuk membuat jadwal baru special
untuk kamarku: berpidato lagi atau bisa saja membuat big concert. Tapi tidak begitu, ia malah berbaring dan berbagi
cerita tentang siswanya di Antang.
Setelah
begitu lama pembicaraan berlangsung, Adelia tiba-tiba kepingin konser. Aku langsung mengambil gitar yang selalu aku
sandarkan di sudut kamarku dan mulai memetik senarnya, mengalunkan
melodi-melodi yang menurutku tidak akan mengganggu siapapun karena malam telah
beranjak jauh pergi.
Dari
mulut Adelia, sayup-sayup terdengar lagu yang ia nyanyikan. Ia mulai bernyanyi…
“…Haneure bitnadon byori, Jo molli bitnadon
byori, nemame neryowannabwa…”
Lagu
yang tidak asing bagi Korean lovers
saat ini mulai mengalun. Ya, siapa lagi yang tidak mengenal lagu tersebut. Lagu
dari Kang Ming Hyuk, sekaligus lagu yang menjadi salah satu soundtrack film Heart String. Telingaku juga sudah tidak
asing dengan lagu tersebut, apalagi lidahku. Lagu tersebut yang selalu
kunyanyikan ketika gitar telah berada dirangkulanku. Am I Korean lover? Dunno.
Aku
memetik gitar, memainkan nada lagu yang dinyaikan Adelia tersebut. Dan….
“OK,
aku nyanyikan, kamu petik gitarnya ya”
Adelia
mulai bernyanyi-nyanyi.
“Wah
keren bangat ya.”
“Aku
bakalan nyanyiin lagu ini dihadapan
fatma dan membuatnya ternganga dan tergelepak-gelepak.” Kata Adelia.
Aku
yang sedang memaikan gitar sengaja membuat batuk gadungan dan tersenyum-senyum
ketika mendengar pernyataan Adelia tersebut. Aku bukannya menganggap remeh
Adelia. Aku hanya menganggap pernyataan itu sedikit konyol.
Hmm…tapi
ada yang lebih aneh lagi, tau nggak? Masa
ADELIA naksir FATMA? Hahaha. That was
joke. Adelia bukanlah Adelia. Adelia adalah seorang pesilat sejati yang
bahkan pernah menyabet medali perak dalam kejuaraan Pencak Silat Nasional
tingkat universitas se-Indonesia.
Kami
terus menyanyikan lagu dari Kang Ming Hyuk tersebut. Konser malam ini
betul-betul terjadi. Karena tertarik akan lagu tersebut, Adelia bahkan
menyuruhku berulang-ulang memetik gitar untuknya. Adelia juga juga memintaku
untuk mengajarkan chords lagu tersebut. Adelia seperti telah terkena salah satu
virus dari sejuta virus Korea yang lebih berbahaya yang tersebar di benak-benak
para remaja Indonesia saat ini.
Aku
tidak tahu mengapa Adelia berpikiran untuk menyanyikan lagu Korea padahal
sebelumnya ia adalah salah satu dari sekian orang yang anti band Korea yang ada
di Sulawesi Selatan ini. “Apa itu Band
Korea, suaranya semua tipikal, nyanyinya lewat hidung. Come on, penyanyi macam
apa itu, ndag berkualifikasi…”. Aku masih ingat betapa bencinya Adelia
terhadap penyanyi atau Band Korea beberapa saat yang lalu. Kini Adelia berubah.
Memang
tak bisa dipungkiri bahwa pengaruh Korea memang luar biasa. Orang kadang-kadang
menyebutnya “demam korea”. Olehnya itu saya menamakannya virus, karena cara
penyebarannya dan efeknya seperti virus.
Adelia
bisa saja punya alasan tersendiri mengapa ia bisa terjakit virus korea seperti
mengikuti trend, tertarik, dan lain-lain. Aku tidak tahu. Aku juga mungkin
salah seorang yang telah terjangkit virus Korea. Tapi yah, kalo dipikir-pikir ada untungnya juga ya aku kenal dengan Korea.
Hahaha… I can’t tell you.
2 komentar:
wow, keren ceritanya, jd tau lebih banyak ttg adelia,hahahaha,,,,,,
hahaha....tq udah komen... :) :)
Posting Komentar